Kamis, 10 Mei 2012

laporan organik II (PENAPISAN FITOKIMIA) liad disini saja


LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II
PERCOBAAN I
PENAPISAN FITOKIMIA

 




OLEH:
NAMA                                                   : Sukma Puspita Utamy  
STAMBUK                                          : F1C1 11 038
KELOMPOK                                      :
ASISTEN                                              :



JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012




PENAPISAN FITOKIMIA
A.    Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah diharapkan mahasiswa dapat :
1.    Menentukan penapisan fitokimia terhadap tumbuhan tinggi dengan teknik ekstraksi, uji positif menggunakan reagen.
2.    Menyebutkan dan menjelaskan jenis-jenis metabolit sekunder yang terdapat dalam tumbuhan tinggi.

B.     Landasan Teori
Metabolit sekunder dihasilkan melalui tahap-tahap reaksi dalam jaringan tumbuhan yang disebut biosintesis. Alkaloid, terpenoid, steroid, dan flafonoid merupakan beberapa contoh senyawa yang dihasilkan dari biosintesis tersebut. Penelitian kandungan kimia untuk satu tanaman (daun, batang, kulit batang, akar, dll) atau melakukan penapisan kandungan kimia terhadap berbagai sepsis tanaman dalam satu famili pada bagian tertentu akan memberikan informasi tentang tingkat evolusi (Sabarwati, 2006).
Dalam uji fitokimia, senyawa yang akan diuji yaitu alkaloid, steroid dan flavonoid. Golongan senyawa alkaloid dideteksi dengan menyemprotkan pereaksi Dragendrof. Golongan senyawa steroid dideteksi dengan asam sulfat dan asam asetat anhidrat. Sedangkan golongan senyawa flavonoid dideteksi dengan cara melarutkan 10 mL filtrat dengan 0,5 g Mg di tambah 2 mL alkohol klorhidrat dan 20 mL amil alkohol, dikocok dengan kuat, terbentuk warna merah, kuning, dan jingga yang menunjukkan adanya senyawa flavonoid (Maharani et al, 2006).
Metode penelitian meliputi penyiapan bahan, karakterisasi simplisia, penapisan fitokimia, ekstraksi dengan berbagai pelarut, uji hayati pendahuluan, pemisahan, pemurnian dan karakterisasi isolat. Karakterisasi simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik, penetapan kadar abu total, kadar abu tidak larut dalam asam, kadar abu tidak larut dalam air, kadar sari larut air, sari larut etanol, susut pengeringan dan kadar air serta penetapan unsur logam secara spektroforometri serapan atom. Penapisan fitokimia serbuk simplisia dilakukan terhadap kandungan alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, kuinon, steroid dan triterpenoid (Djamil et al, 1998).
Menurut perkiraan, kira-kira 2 % dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan diubah menjadi flafonoid atau senyawa yang berkaitan erat dengannya. Sebagian besar tanin pun berasal dari flavonoid. Jadi, flavonoid merupakan salah satu dari golongan fenol alam yang terbesar. Sebenarnya, flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan hijau, sehingga pastilah ditemukan pula pada setiap telaah ekstrak dari tumbuhan (Markham, 1988).
Dari senyawa-senyawa steroid, sterol merupakan senyawa yang paling banyak ditemukan di alam. Pada umumnya, senyawa ini ditemukan dalam bentuk sterol bebas, sterol berikatan, dengan glikosida, atau sterol yang berbentuk ester. Sterol banyak dijumpai dalam beberapa minyak seperti minyak kedele, minyak teh, minyak kopi dan juga minyak erot. Senyawa sterol merupakan senyawa alcohol yang mempunyai berap molekul tinggi yang terjadi dalam fraksi lemak yang tak tersabunkan (Anwar, 1994).

C.    Alat Dan Bahan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
  • Tabung reaksi 6 buah
  • Penghalus
  • Elektromantel
  • Kertas saring
  • Gegep
  • Corong
  • Pipet tetes
  • Gelas kimia 50 ml
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
  • ·         Ethanol
  • ·         HCl
  • ·         Amil alcohol
  • ·         NaOH
  • ·         Eter
  • ·         Pereaksi Lieberman Buchardt
  • ·         Gelatin
  • ·         FeCl3
  • ·         Magnesium
  • ·         Aquades

D.    Prosedur Kerja
  1. Persiapan sample


 














  1. Ekstraksi








 























                                                                                                           
Hasil Pengamatan
 
 

  1. Tes identifikasi
  1. Flavonoid


 




              





Tidak terbentuk warna merah
 
 






  1. Kuinon








Tidak terbentuk warna merah
 
 














  1. Saponin



 












  1. Steroid/Triterpenoid









Tidak terbentuk larutan warna ungu
 
 













  1. Tanin/polifenol




















Terbentuk larutan berwarna coklat
 

 





















E.     Hasil Pengamatan
Identifikasi
Perlakuan
Keterangan
Flavonoid

Kuinon

Saponin

Steroid / triterpenoid
Tanin / polifenol



1 ml sample (dipanaskan) + serbuk Mg + 1 ml HCl pekat + amil alcohol
5 ml ekstrak (dipanaskan) + larutan NaOH 1 %
1 ml ekstrak + air (dikocok)

1 ml ekstrak diekstraksi dengan 2 ml eter + pereaksi Lieberman-Buchard
2 ml sampel (dipanaskan) dibagi menjadi 2 bagian :
- Tab. 1 + 1 % gelatin
- Tab. 2 + FeCl3 1 %
Tidak terbentuk warna merah pada alkohol
Tidak terbentuk larutan berwarna merah
Terjadi busa yang menunjukkan adanya saponin
Tidak terbentuk larutan warna ungu


Terbentuk warna hijau muda
Terbentuk warna coklat



E.     Pembahasan
Sebelum melakukan isolasi terhadap senyawa kimia yang diinginkan dalam suatu tumbuhan maka perlu dilakukan identifikasi pendahuluan kandungan senyawa metabolit sekunder yang ada pada masing-masing tumbuhan, sehingga dapat diketahui kandungan senyawa yang ada secara kualitatif dan mungkin juga secara kuantitatif golongan senyawa yang dikandung oleh tumbuhan tersebut. Untuk tujuan tersebut maka diperlukan metode persiapan sampel dan metode identifikasi pendahuluan dari senyawa metabolit sekunder.
Identifikasi tersebut biasa disebut dengan penapisan fitokimia. Dalam penapisan fitokimia, senyawa yang akan diuji biasanya adalah alkaloid, steroid dan flavonoid. Golongan senyawa alkaloid dideteksi dengan menyemprotkan pereaksi Dragendrof. Golongan senyawa steroid dideteksi dengan asam sulfat dan asam asetat anhidrat. Sedangkan golongan senyawa flavonoid dideteksi dengan cara melarutkan 10 mL filtrat dengan 0,5 g Mg di tambah 2 mL alkohol klorhidrat dan 20 mL amil alkohol, dikocok dengan kuat, terbentuk warna merah, kuning, dan jingga yang menunjukkan adanya senyawa flavonoid.
Secara umum untuk mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder menggunakan sistem maserasi sebagai perlakuan awal. Maserasi merupakan proses perendaman sampel dengan pelarut organik yang digunakan pada temperatur ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi bahan alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara didalam dan diluar sel sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena dapat diatur lama perendaman yang dilakukan. Pemilihan pelarut untuk proses maserasi akan memberikan efektifitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam dalam pelarut tersebut. Secara umum pelarut metanol merupakan pelarut yang paling banyak digunakan dalam proses isolasi senyawa organik bahan alam, karena dapat melarutkan seluruh golongan metabolit sekunder.
Pada percobaan ini, dilakukan identifikasi beberapa jenis metabolit sekunder antara lain flavonoid, kuinon, steroid, saponin, dan tanin. Pada identifikasi flavonoid, dilakukan penambahkan HCl pekat, Mg dan amil alkohol pada sampel yang telah dididihkan. Secara teori, flavonoid ini banyak terkandung dalam kulit batang tanaman dan berfungsi sebagai pengatur tumbuhnya tumbuhan tersebut, digunakan pula sebagai pengaturan dalam proses fotosintesis, sebagai kerja anti mikroba, dan digunakan sebagai inhibitor kuat pernapasan.
Pada uji terhadap kuinon, dimana pada identifikasinya sampel dilakukan pemanasan dan penambahan NaOH. Kuinon yang merupakan senyawa berwarna mempunyai kromofor dasar seperti pada kromofor benzokuinon, yang terdiri dari 2 gugus karbonil yang berkonjugasi dengan 2 ikatan rangkap karbon-karbon. Kuinon ini digunakan tumbuhan sebagai pencegah dari gangguan serangga.
Identifikasi saponin dilakukan dengan mengamati ektrak pada penambahan air. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan memiliki sifat seperti sabun, sehingga dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa. Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstraksi tumbuhan atau pada pemekatan ekstrak merupakan bukti adanya saponin dalam ekstrak.
Steroid diuji dengan melakukan penambahan pereaksi Lieberman Buchart. Jika uji memperlihatkan hasil yang positif, maka akan tampak warna ungu pada larutan. Steroid digunakan dalam tumbuhan sebagai penolak serangga yang datang pada tumbuhan tersebut.
Untuk identifikasi tanin, dapat dilakukan dengan penambahan larutan gelatin atau FeCl3 setelah pemanasan. Contoh tanin adalah polifenol. Reaksi antara polifenol dan FeCl3 ini menghasilkan beragam warna yang menunjukkan adanya senyawa kompleks yang tergantung dari subtituen yang terikat pada polifenol tersebut. Hasil identifikasi menunjukkan hasil positif yang berarti ada senyawa dalam ekstrak dan ada pula yang menunjukkan hasil negatif. Meskipun beberapa uji memperlihatkan hasil yang negatif, tetapi sebenarnya senyawa tersebut ada dalam sampel. Namun jumlahnya yang mungkin hanya sedikit sehingga menyebabkan uji negatif.

F.     Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan ini antara lain adalah :
1.    Penapisan fitokimia terhadap tumbuhan tinggi dilakuna dengan teknik ekstraksi maserasi dan uji identifikasi senyawa yang terkandung dalam ekstrak dengan menggunakan reaksi warna atau dengan menggunakan reagen tertentu.
2.  Senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam tumbuhan tinggi antara lain alkaloid, flavonoid, kuinon, steroid/triterpenoid, tanin/polifenol,

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, C., dkk, 1994, Pengantar Praktikum Kimia Organik, FMIPA UGM, Yogyakarta.

Djamil, R., Iwang S., dan Komar R., 1998, Telaah Fitokimia dan Uji Hayati Pendahuluan Ulva Fasciata Delile, Sekolah Farmasi ITB.

Maharani, D.M., Siti N.H., dan Haiyinah, 2006, Studi Potensi Kalakai (Stenochlaena palustris (Burm.F) Bedd) Sebagai Pangan Fungsional, Jurusan Budidaya Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.

Markham, K. R., 1988, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, ITB, Bandung.

Sabarwati, S. H., 2006, Petunjuk Praktikum Kimia Organik II, Jurusan Kimia FMIPA Unhalu, Kendari.







Tugas Setelah Praktikum
1.      Mengapa dalam ekstraksi senyawa dari suatu sampel ada yang prosesnya melalui pemanasan dan ada juga yang tidak, jelaskan !
Jawaban :
Sebab ada beberapa sampel tertentu yang teksturnya Sangay halus dan komponen-komponen yang terkandung didalamnya mudah rusak atau terurai pada temperatur yang tinggi atau dengan dilakukannya pemanasan.

2.      Sebutkan manfaat (aktivitas) dari masing-masing contoh senyawa alkaloid, favonoid, kuinon, saponin, sterol (steroid) triterpenoid, dan tanin!
Jawaban :
-          Alkaloid sebagai cadangan biosintesis protein, pelindung dari serangan hama dan pengatur kerja hormon.
-          Flavonoid sebagai pengatur tumbuh tumbuhan, pengaturan fotosintesis, kerja anti mikroba, inhibitor kuat pernapasan.
-          Triterpenoid sebagai obat terhadap gangguan menstruasi, patokan ular, gangguan kulit, kerusakan hati dan malaria.
-          Tanin sebagai antioksidan dan menghambat pertumbuhan tumor.
-          Steroid sebagai pelindung pada tumbuhan yang menolak serangga.
-          Saponin sebagai anti mikroba dan penghambatan jalur ke steroid anak gijal.
-          Kuinon sebagai pencahar, meningkatkan kandungan air usus halus dengan menghambat ATP use dan mencegah gangguan serangga (bagi tumbuhan).








Judul Penelitian
Telaah Fitokimia dan Uji Hayati Pendahuluan Ulva Fasciata Delile
Peneliti
Ratna Djamil
Iwang Soediro
Komar Ruslan
Abstrak
Telah ditelaah fitokimia rumput laut Ulva fasciata Delile. Uji hayati pendahuluan ekstrak n-heksana, etil setat dan metanol menggunakan nauplii udang laut Artemia salina Leach menunjukkan bioaktivitas bermakna. Tiga senyawa telah diisolasi dari ekstrak n-heksana yaitu 1-heksadekena, 1-tetradekena dan oktadekanal. Dari ekstrak etil asetat telah diisolasi dua senyawa yaitu asam 9-oktadesenoat (asam oleat) dan asam tetradekanoat (asam miristat). Dari ekstrak metanol telah diisolasi tiga senyawa yaitu kolesta-2,4-dien-3ol asetat (24-dehidrokolesterol asetat) atau desmosterol asetat, asam tetradekanoat (asam miristat) dan asam heksadekanoat (asam palmitat).
Keterangan
Tesis
Tahun
1998
Tempat Penelitian
Sekolah Farmasi ITB
Isolasi
Metode penelitian meliputi penyiapan bahan, karakterisasi simplisia, penapisan fitokimia, ekstraksi dengan berbagai pelarut, uji hayati pendahuluan, pemisahan, pemurnian dan karakterisasi isolat. Karakterisasi simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik, penetapan kadar abu total, kadar abu tidak larut dalam asam, kadar abu tidak larut dalam air, kadar sari larut air, sari larut etanol, susut pengeringan dan kadar air serta penetapan unsur logam secara spektroforometri serapan atom. Penapisan fitokimia serbuk simplisia dilakukan terhadap kandungan alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, kuinon, steroid dan triterpenoid.

Karakterisasi simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik, penetapan kadar abu total, kadar abu tidak larut dalam asam, kadar abu tidak larut dalam air, kadar sari larut air, sari larut etanol, susut pengeringan dan kadar air serta penetapan unsur logam secara spektroforometri serapan atom. Penapisan fitokimia serbuk simplisia dilakukan terhadap kandungan alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, kuinon, steroid dan triterpenoid.

Ekstraksi talus Ulva fasciata Delile dilakukan secara ekstraksi bertingkat dengan cara maserasi pada suhu 40-50oC (digesti). Pelarut yang digunakan adalah dengan kepolaran meningkat berturut-turut n-heksana, etil setat, metanol. Ekstrak yang diperoleh diuapkan pelarutnya dengan penguap vakum putar sampai diperoleh ekstrak kental.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar